SDN 27 Rabadompu Timur Gelar Nonton Bareng Kearifan Lokal: Menggali Pesona Budaya Tenun Bima
Kota Bima, NTB - Dalam upaya menanamkan rasa cinta dan pemahaman terhadap warisan budaya lokal, SDN 27 Rabadompu Timur menyelenggarakan kegiatan edukatif "Nonton Bersama Kearifan Lokal" pada hari Kamis, 23 Oktober 2025. Acara ini berfokus pada pengenalan budaya tenun Bima dan proses pembuatannya.
Kegiatan yang diikuti oleh seluruh siswa dan guru ini bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan budaya Bima yang termanifestasi dalam kain tenun, khususnya jenis yang populer seperti Tembe Nggoli. Tenun Bima bukan sekadar produk tekstil, melainkan sebuah simbol identitas budaya, mengandung makna filosofis mendalam dalam setiap motifnya, seperti motif kaligrafi Arab, flora, dan fauna, serta pola geometris.
Dalam sesi nonton bersama, para siswa disajikan tayangan visual yang mendetail mengenai langkah-langkah rumit dalam membuat kain tenun tradisional Bima, yang umumnya dilakukan secara manual oleh para perempuan.
Tahapan Utama Pembuatan Tenun Bima:
Moro Kafa (Penggulungan Benang): Proses awal di mana benang digulung menggunakan alat putar tradisional.
Ngane Kafa (Pemisahan Benang): Benang dipisahkan sesuai warna dan diatur posisinya. Proses ini membutuhkan ketelitian tinggi.
Luru Kafa (Pembentangan Benang): Benang dibentangkan pada alat tenun tradisional yang disebut Tandi untuk memastikan benang lurus dan tidak tercampur, sebelum digulung pada papan.
Pewarnaan: Dahulu, benang diwarnai menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan seperti daun, akar, dan kulit kayu, menghasilkan warna khas Bima.
Muna (Menenun): Ini adalah puncak proses pembuatan, di mana benang pakan disilangkan secara bergantian pada benang lungsi menggunakan alat tenun tradisional. Proses ini membutuhkan kesabaran, keterampilan, dan ketekunan tingkat tinggi, dengan waktu pengerjaan yang lama, tergantung pada kerumitan motif.
Kepala Sekolah SDN 27 Rabadompu Timur menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian penting dari kurikulum berbasis kearifan lokal. "Kami berharap dengan mengenal langsung proses dan nilai filosofis di balik sehelai tenun, anak-anak akan lebih menghargai dan bangga akan warisan leluhur mereka, serta terdorong untuk ikut melestarikannya," ujarnya.
Antusiasme siswa terlihat jelas, terutama saat melihat alat-alat tenun tradisional seperti Tandi, Cau, dan Sisi. Kegiatan ini menjadi jembatan pengetahuan yang efektif, mengubah kain tenun yang biasa mereka lihat menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi dengan cerita panjang di baliknya.
Tenun Bima (Tembe Nggoli) adalah bukti nyata kekayaan budaya Indonesia yang harus terus dijaga kelestariannya.